Minggu, 14 Agustus 2016

HMI yang Kekinian

Himpunan Mahasiswa Islam kini sudah mendekati umurnya yang ke-70 tahun. Memang sebuah waktu yang tak singkat. Usaha yang dilakukan oleh Lafran Pane saat itu semata-mata untuk merespon keadaan zaman. Menurutnya mahasiswa mampu berperan dan memberikan perubahan yang nyata. Terlebih ajaran Islam yang ia pahami memiliki kekuatan yang menggerakkan pengikutnya. Memperjuangkan kebenaran adalah jihad yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. 
Ibarat sapu lidi yang disusun oleh lidi-lidi yang banyak, hingga HMI lah menjadi pengikatnya untuk membuat perubahan dizamannya. Sapu lidi itu dari waktu kewaktu mulai lapuk. Disadari atau tidak HMI mengalami berbagai permasalahan baik dari internal maupun eksternal. Bila ditelisik, Agus Salim Sitompul telah secara komprehensif menyebutkan ada 44 indikator kemunduran HMI. Sehingga, besarnya HMI ternyata belum cukup kekuatan (power) untuk mengahdapi problematika masyarakat saat ini. Seolah menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah usai, HMI sendiri belum mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, namun terus bercita-cita menyelesaikan masalah umat dan bangsa.
Banyaknya sumber daya insani yang dimiliki HMI seharusnya menjadi sebuah kekuatan besar. Dan kunci utama dari solidnya gerakan HMI mewujudkan cita-citanya adalah dari manajemennya. Tak ayalnya seperti shalat jama’ah yang bershof-shof rapi, gerakan HMI harus tersusun rapi agar memberikan dampak yang signifikan. Karena bagaimanapun Ber-HMI adalah berjihad dengan manajemen yang rapi, hingg digambarkan dalam Surah ash-shaf sebagai bangunan yang kokoh. 
Tema besar dari tema tulisan ini adalah Manajemen yang konstekstual. Artinya di zaman ini perlu penyesuaian manajemen baik dari dimensi strategi maupun taktik yang dipakai. Keterbukaan informasi dan pola interaksi yang mulai berubah kini juga mempengaruhi sikap dan tindakan manusia. Tak terkecuali mahasiswa dan kader-kader HMI.
Mengutip dari pernyataan Ridwan Kamil (wali kota bandung saat ini) tentang sebuah menejemen “masa kini” paling tidak ada tiga komponen yaitu: Inovasi, desentralisasi dan kolaborasi. Menurut penulis tiga hal tersebut sangat relevan dengan HMI.
Dari sisi Inovasi, sudah selayaknya HMI dengan jargon insan penciptanya mampu memunculkan gagasan-gagasan baru dalam memaksimalkan perkaderan secara internal dan kontribusi sosialnya, meskipun keduanya saling berhubungan. Berkumpulnya mahasiswa dalam HMI sebagai epistemic community menjadi modal HMI untuk melahirkan para inovator sosial. Artinya bahwa pergumulan intelektual didalamnya harus mendorong untuk beraksi dengan cara yang paling efektif . apabila belum terwujud perlu kita pertanyakan sejauh mana pembacaan kader HMI saat ini terhadap fenomena sosial yang ada dan bagaimana pola pengkajian yang ada di dalamnya?
Sedang desentralisasi merupakan langkah strategis yang perlu dikembangkan saat ini. Hal ini terkait dangan maksimalisasi peran tiap individu dalam organisasi. Di era keterbukaan ini seolah terhilangkanlah sekat-sekat dalam masyarakat. Demokrasi mulai mengakar adalah wujud kebutuhan sebuah partisipasi. Oleh karena itu, atmosfer yang ada saat ini harus disikapi oleh HMI dengan sebijak mungkin. Membagi porsi peran dalam organisasi harus lebih leluasa, dan pimpinan mau tidak mau hanya menjadi pengawal dan melepas sejauh-jauhnya absolut power. 
Yang terakhir adalah sisi kolaborasi. Menurut penulis kolaborasi bisa dimaknai dari sisi internal maupun eksternal. Dari internal organisasi, HMI yang menjadi wadah berbagai mahasiswa dengan banyaknya latar belakang, maka harus mengkolaborasikan berbagai kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Dari eksternal organisasi, HMI harus merangkul berbagai elemen diluar HMI baik sesama organisasi mahasiswa, ormas, dan lainnya. Selama masih mengikuti rambu-rambu dari organisasi, kolaborasi eksternal ini akan berjalan efektif dan sangat mendukung kinerja organisasi, namun sebaliknya bila disalahgunakan akan menjadi benalu bagi organisasi. 
Dengan manajemen yang “kekinian” maka HMI akan tetap mampu berperan positif dalam setiap zaman. Semua tidak pasti, karena yang pasti adalah perubahan itu sendiri. Siapkah para kader HMI berubah lebih baik demi menghilangkan kerisauan tentang indikasi kemunduran HMI? Semangat kerja nyata! HMI besar dan kuat karena mau beraksi. Tulisan ini mungkin hanya bisa jadi sampah bila tidak ada lagkah kongkrit dan teratur dalam tubuh HMI. Innallaha yuhibbulladzina yuqotiluna fisabilihi shoffan kaannahum bunyanun marshush” (As-shaf: 4)

Fuad Ibrahim
(Sekretaris Umum HMI Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang)

HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

About HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa yang telah berdiri sejak 1947. Semangat perkaderan di HMI itulah yang membuat HMI terus eksis hingga sekarang. Dan komisariat adalah basis perkaderan HMI dari akar rumput untuk mewujudkan para insancita sesuai dengan mission yang diemban HMI.

Ketik E-mail untuk berlangganan kiriman HMI Syaeko :