Minggu, 14 Agustus 2016
SUSUNAN PENGURUS HMI SYAEKO 15/16
10.23
HMI Syariah Ekonomi UIN Malang
KETUA UMUM : MOH. ZAINULLAH
Ketua Bidang PPPA :
NANANG ADI SUMARLAN
Ketua Bidang PTKP :
M. ABDULLAH NAJIB
Ketua Bidang KPP :
MOHAMMAD ABDUL ALIM
Ketua Bidang PP : ARLINA MUNAFSILIANA
SEKRETARIS UMUM : FUAD IBRAHIM
Wkl. Sekretaris Umum Bidang PPPA : ALDIKA
Wkl. Sekretaris Umum Bidang PTKP : TORIKUL HIDAYAH
Wkl. Sekretaris Umum Bidang KPP : M. SYAHMAN FAHRIYANSAH
Wkl. Sekretaris Umum Bidang PP : SITI ROFIAH
BENDAHARA UMUM : M. ILHAM JAPA
Wakil Bendahara Umum : NOVA MARDIANA
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
Departemen ketatausahaan : M. ABDUL MAJID
Departemen data dan pustaka : AHMAD NAUFAL ANNAGARI
DARUL IRHAM
Departemen Pengelolaan Sumber Dana : M. YAHYA ZULHILMI
Departemen Diklat Anggota : ANDI M GHALIB
RIVAL EFENDI
M. YATIM
Departemen Litbang : A. MUHTAR NURUSSALAM
BIAS RIDHO
Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan : AHMAD FAUZI
ALWI ALU
Departemen kepemudaan : TAUFIK RAHMAN WAHID
WAHYU FEBRI RAMADAN
EBBI SUGIANTO
Departemen Kewirausahaan : MAULANA AWALUDIN
MOHAMMAD MAKMUR
Departemen Pengembangan Profesi : IMAM ARIANTO
FIKRI HUSAINI MUZAKKI
RA. DINI SOPHIA NAFTALIN
Departemen Kajian Perempuan : SITI FITRIANI
JAYANTI NASUHA
Departemen Pembangunan Sumber : AFIFATUR ROHMAH
Daya Perempuan SITI ZAHROH
HMI yang Kekinian
08.32
HMI Syariah Ekonomi UIN Malang
Himpunan Mahasiswa Islam kini sudah mendekati umurnya yang ke-70 tahun. Memang sebuah waktu yang tak singkat. Usaha yang dilakukan oleh Lafran Pane saat itu semata-mata untuk merespon keadaan zaman. Menurutnya mahasiswa mampu berperan dan memberikan perubahan yang nyata. Terlebih ajaran Islam yang ia pahami memiliki kekuatan yang menggerakkan pengikutnya. Memperjuangkan kebenaran adalah jihad yang wajib dilakukan oleh setiap muslim.
Ibarat sapu lidi yang disusun oleh lidi-lidi yang banyak, hingga HMI lah menjadi pengikatnya untuk membuat perubahan dizamannya. Sapu lidi itu dari waktu kewaktu mulai lapuk. Disadari atau tidak HMI mengalami berbagai permasalahan baik dari internal maupun eksternal. Bila ditelisik, Agus Salim Sitompul telah secara komprehensif menyebutkan ada 44 indikator kemunduran HMI. Sehingga, besarnya HMI ternyata belum cukup kekuatan (power) untuk mengahdapi problematika masyarakat saat ini. Seolah menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah usai, HMI sendiri belum mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, namun terus bercita-cita menyelesaikan masalah umat dan bangsa.
Banyaknya sumber daya insani yang dimiliki HMI seharusnya menjadi sebuah kekuatan besar. Dan kunci utama dari solidnya gerakan HMI mewujudkan cita-citanya adalah dari manajemennya. Tak ayalnya seperti shalat jama’ah yang bershof-shof rapi, gerakan HMI harus tersusun rapi agar memberikan dampak yang signifikan. Karena bagaimanapun Ber-HMI adalah berjihad dengan manajemen yang rapi, hingg digambarkan dalam Surah ash-shaf sebagai bangunan yang kokoh.
Tema besar dari tema tulisan ini adalah Manajemen yang konstekstual. Artinya di zaman ini perlu penyesuaian manajemen baik dari dimensi strategi maupun taktik yang dipakai. Keterbukaan informasi dan pola interaksi yang mulai berubah kini juga mempengaruhi sikap dan tindakan manusia. Tak terkecuali mahasiswa dan kader-kader HMI.
Mengutip dari pernyataan Ridwan Kamil (wali kota bandung saat ini) tentang sebuah menejemen “masa kini” paling tidak ada tiga komponen yaitu: Inovasi, desentralisasi dan kolaborasi. Menurut penulis tiga hal tersebut sangat relevan dengan HMI.
Dari sisi Inovasi, sudah selayaknya HMI dengan jargon insan penciptanya mampu memunculkan gagasan-gagasan baru dalam memaksimalkan perkaderan secara internal dan kontribusi sosialnya, meskipun keduanya saling berhubungan. Berkumpulnya mahasiswa dalam HMI sebagai epistemic community menjadi modal HMI untuk melahirkan para inovator sosial. Artinya bahwa pergumulan intelektual didalamnya harus mendorong untuk beraksi dengan cara yang paling efektif . apabila belum terwujud perlu kita pertanyakan sejauh mana pembacaan kader HMI saat ini terhadap fenomena sosial yang ada dan bagaimana pola pengkajian yang ada di dalamnya?
Sedang desentralisasi merupakan langkah strategis yang perlu dikembangkan saat ini. Hal ini terkait dangan maksimalisasi peran tiap individu dalam organisasi. Di era keterbukaan ini seolah terhilangkanlah sekat-sekat dalam masyarakat. Demokrasi mulai mengakar adalah wujud kebutuhan sebuah partisipasi. Oleh karena itu, atmosfer yang ada saat ini harus disikapi oleh HMI dengan sebijak mungkin. Membagi porsi peran dalam organisasi harus lebih leluasa, dan pimpinan mau tidak mau hanya menjadi pengawal dan melepas sejauh-jauhnya absolut power.
Yang terakhir adalah sisi kolaborasi. Menurut penulis kolaborasi bisa dimaknai dari sisi internal maupun eksternal. Dari internal organisasi, HMI yang menjadi wadah berbagai mahasiswa dengan banyaknya latar belakang, maka harus mengkolaborasikan berbagai kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Dari eksternal organisasi, HMI harus merangkul berbagai elemen diluar HMI baik sesama organisasi mahasiswa, ormas, dan lainnya. Selama masih mengikuti rambu-rambu dari organisasi, kolaborasi eksternal ini akan berjalan efektif dan sangat mendukung kinerja organisasi, namun sebaliknya bila disalahgunakan akan menjadi benalu bagi organisasi.
Dengan manajemen yang “kekinian” maka HMI akan tetap mampu berperan positif dalam setiap zaman. Semua tidak pasti, karena yang pasti adalah perubahan itu sendiri. Siapkah para kader HMI berubah lebih baik demi menghilangkan kerisauan tentang indikasi kemunduran HMI? Semangat kerja nyata! HMI besar dan kuat karena mau beraksi. Tulisan ini mungkin hanya bisa jadi sampah bila tidak ada lagkah kongkrit dan teratur dalam tubuh HMI. Innallaha yuhibbulladzina yuqotiluna fisabilihi shoffan kaannahum bunyanun marshush” (As-shaf: 4)
Fuad Ibrahim
(Sekretaris Umum HMI Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang)
Kamis, 11 Agustus 2016
Saatnya Peduli Anak Tetangga dengan Bimbel Gratis
00.40
HMI Syariah Ekonomi UIN Malang
“Ibu, Dila berangkat dulu ke bimbel HMI ya?” Ucap
Ardila seorang siswa kelas enam SD Brawijaya Smart School yang tinggal di
kelurahan Merjosari itu.
“Iya, sama siapa nak?” Sahut Ibunya
“Ini sama Aisyah, Illa dan Naila, Assalamu’alaikum”
Jawab Ardila sambil mencium tangan ibunya
“Wa’alaikumsalam” balas Ibunya dengan senyuman.
Petang itu (8/8) sekawanan anak
berdatangan di sekretariat HMI Komisariat syariah-ekonomi UIN Malang yang
bertempat di RT 05 kelurahan Merjosari di kota Malang. Mereka berjalan bersama
sembari bercanda kecil. Dengan penuh semangat untuk pertama kali mereka
mengikuti bimbingan belajar.
Beberapa bulan setelah menempati rumah yang dikontrakkan
itu, pengurus HMI Komisariat yang biasa disebut “Syaeko” (Syariah-Ekonomi) itu
berinisiatif untuk mengadakan bimbingan belajar bagi anak-anak di sekitar
sekretariat. Dengan tanpa menarik biaya sepeser pun, pada hari senin itu akhirnya
kegiatan itu dimulai.
HMI sebagai organisasi yang berkeinginan untuk turut serta
membangun masyarakat adil makmur yang diridloi Allah, salah satu pilarnya
adalah pengabdian. Upaya penyelenggaraan Bimbel tersebut sesuai dengan sabda Nabi SAW bahwa keimanan
salah satunya bisa diwujudkan dengan memuliakan tetangga. Dan pengurus merasa
untuk memulai pengabdian dari hal kecil dan paling dekat. Karena, hakekatnya
perubahan besar dimulai dari perubahan yang kecil namun konsisten.
Kegiatan tersebut sebelumnya juga sudah mendapatkan dukungan
dari beberapa tokoh masyarakat sekitar. Karena semua merasakan begitu
pentingnya pendidikan. Konsep diusung oleh pengurus HMI Komisariat Sayaeko UIN
Malang ini diawali dengan membantu mengerjakan PR masins-masing anak, namun
untuk selanjutnya bisa diselipkan tentang nilai-nilai keislaman, nasionalisme dan
berbagai asupan positif lain.
Dengan kegiatan tersebut, bertambahnya kader HMI dapat diimbangi
dengan wahana mengabdi yang juga bertambah, akhirnya langkah HMI tidak terbatas
pada ranah diskusi namun sudah memulai menawarkan solusi dari hal sekecil
apapun. Semangat kreatif dan inovatif untuk berperan bagi masyarakat inilah
yang seharusnya ditumbuh suburkan di HMI untuk menjawab segala tantangan yang
ada.
Sekarang saatnya membuktikan apakah Kader HMI hanya mampu
bertengger dengan argumentasi-argumentasinya ataukah sudah benar-benar mampu
berperan memberi solusi untuk masarakat meskipun hanya dalam lingkup RT-nya.
Fuad Ibrahim
(Sekretaris Umum HMI
Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang 2015-2016)
Rabu, 10 Agustus 2016
Menumbuhkan Semangat Berorganisasi Mahasiswa
11.33
HMI Syariah Ekonomi UIN Malang
Mahasiswa merupakan
sebuah wujud nyata peradaban suatu bangsa, dimana didalamnya terdapat
aneka ragam konstruk keilmuan dan budaya yang terbangun. Dalam
perjalanannya, mahasiswa sudah banyak memberikan kontribusi nyata
terhadap pembangunan bangsa ini apalagi pasca reformasi. Sebuah fase
panjang telah dilalui mahasiswa mulai dari fase persiapan, fase
perjuangan, fase mengisi kemerdekaan dan fase reformasi.
Sekarang merupakan fase
reformasi dimana mahasiwa tentu berbeda perjuangannya dalam mengisi
kemerdekaan. Era 1998 adalah era mahasiswa berjuang untuk menciptakan
sebuah tatanan negera baru “Reformasi” dan pada saat itu pula mahasiswa
semangat berorganisasi guna untuk mewujudkan cita bangsa yang Demokratis
dan humanis.
Lantas bagaimana dg
mahasiswa saat ini, apakah mahasiswa masih semangat ikut organisasi?
Disadari atau tidak organisasi mahasiswa saat ini mengalami penurunan
kwalitas maupun kwantitas. Wajah organisasi saat ini terlihat kusut dan
menyeramkan. Hal ini mungkin dipengaruhi suatu kondisi dunia yang
mengalami pergeseran nilai. Seperti yang dikatan Yasraf Amir Piliang
dalam bukunya Wajah dunia yang menakutkan “wajah dunia yang menyeramkan
yang akhir-akhir ini tampil diatas tubuh bangsa ini, menjelang tibanya
milenium ketiga. Inilah wajah-wajah krisis ekonomi, kekacauan politik,
kerusahan sosial, kehancuran budaya dan kerusakan lingkungan yang sangat
menakutkan. Inilah wajah-wajah bangsa yang menghadapi milenium ketiga
dengan wajah yang tak punya harapan, dengan muka yang penuh kemuraman,
dengan hati yang penuh kekacauan dan dengan jiwa yang penuh ketakutan.
Sekarang dunia kampus
seakan-akan mencekam bagi penghuninya. Mahasiswa yang hidup di dalamnya
dicekoki dengan berbagai tuntutan akademik. Kampus ibarat penjara kelas
satu dan organisasi ibarat lorong gelap yang di dalamnya terdapat
paham-paham radikalisme, sehingga karena kesibukan itu dan pemahaman
yang minim terhadap organisasi mereka enggan untuk ikut terlibat
berproses di organisasi mahasiswa.
Sudah bisa dipastikan
sebagian besar mahasiswa tidak lagi tertarik ikut organisasi karena di
anggap mengganggu kegiatan akademik. Tetapi anehnya mereka justru
tertarik dengan tempat-tempat hiburan seperti pusat belanja, tempat
karaoke dll. Sebuah model mahasiwa dengan tingkat konsumtif dan hedon
yang tinggi. Arus informasi yang begitu cepat membuat mahasiswa bersikap
individualistik dan cendrung apatis. Di sini mahasiswa disuguhkan
dengan kondisi zaman yang mereka belum siap menghadapinya.
Melihat kondisi yang
ada tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi mahasiswa yang aktif di
organisasi. Bagaimana caranya organisasi menjadi sesuatu yang menarik di
kalangan mahasiswa sehingga mereka merasa butuh dengan organisasi.
Selama ini organisasi selalu menawarkan solusi ditengah carut marut
keadaan bangsa ini, dan kini saatnya organisasi berbenah dan
memodernisasi biar mempunyai tampilan yang elegan tidak konservatif.
Internalisasi pemahaman nilai-nilai ideologis organisasi harus
terjawantahkan dalam dunia kampus karena akan membangkitkan kembali
semangat mahasiswa untuk berorganisasi, tidak hanya wacana yang
diperbincangkan di warung kopi.
Kegiatan-kegiatan
harus didesain semenarik mungkin dan diharapkan mampu menyentuh
kebutuhan mahasiswa yang paling subtansial, peningkatan kwalitas
individu bagi seorang kader merupakan sebuah kemustian yang tidak boleh d
tawar. Artinya seorang kader harus mempunyai kemampuan lebih ketimbang
mahasiswa non organisasi. misalnya, kemampuan komunikasi, kemampuan
leadership dan kemampuan akademik, sehingga menjadi sentrum bagi
mahasiswa lain.
Disamping itu sebuah
organisasi untuk menjadi daya tarik bagi mahasiswa harus menciptakan
sebuah terobosan baru, nilai edukasi harus benar-benar tertanam sebagai
pembentukan character building. Buatlah wajah organisasi yang ramah,
humanis, dan inklusif. Jangan sampai terkesan menyeramkan dan menakutkan
apalagi organisasi tersebut seolah-olah mengkotak-kotakkan golongan dan
paham ideologi tertentu.
Zona mahasiswa adalah
zona berkembangnya ilmu pengetahuan, keberagaman budaya, dari sini dunia
pendidikan tercipta sebuah tatanan baru dengan khazanah keilmuan.
Organisasi dalam dunia mahasiswa sangat dibutuhkan guna menunjang nilai
edukasi yang ada, cuma mereka enggan ikut karena selama ini mereka tidak
mempunyai pemahaman yang komperhensif tentang organisasi apalagi di
tengah arus informasi yang memandang miring terhadap sebagian
organisasi.
Oleh karena itu
memberikan pemahaman kepada mahasiswa akan pentingnya ikut organisasi
merupakan hal yang urgen dilakukan. Berorganisasi bukan berarti
mengesampingkan atau lupa tanggung jawab sebagai mahasiswa,
berorganisasi mendapatkan apa yang tidak didapatkan di bangku kuliah.
Ayo berorganisasi kita sambut masa depan yang gemilang (*)
Oleh : Miftahul Arifin
Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (Kabid PTKP)
HMI Cabang Malang
Rabu, 25 Mei 2016
PESTA DEMOKRASI
20.51
HMI Syariah Ekonomi UIN Malang
Baru-baru ini Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK) republik
mahasiswa (RM) UIN Malang menggelar pesta demokrasi, dilanjutkan dengan dilantiknya seluruh anggota kabinet
mahasiswa. Penyelenggraan pemilihan umum mahasiswa (PEMIRA) rupanya tak
mendapat tanggapan baik oleh beberapa mahasiswa. Pasalnya disaat hari H
berlangsung, banyak diantara mahasiswa yang tak menggunakan hak pilihnya.
Laksana anak tak tahu bapaknya, gerangan siapa yang menjadikanya?
Warga UIN sudah dapat dipastikan sepakat dengan adanya PEMIRA
sebagai pesta demokrasi mahasiswa kampus UIN Malang dan merupakan hak demokrasi
mahasiswa dalam berpolitik. Tetapi yang menjadi kegelisahan dan phobia tahunan
adalah masih maraknya mahasiswa yang tak menggunakan hak pilihnya. Yang perlu
digaris bawahi adalah mindset mereka yang tak sadar atau pola demokrasi bobrok?”
Secara teori Peran mahasiswa sebagai rakyat adalah penentu siapa
yang pantas memegang peran kekuasaan dalam pemerintahan, sedangkan birokrasi adalah
penyelenggara dalam pemungutan aspirasi rakyat secara langsung bebas rahasia (LUBER) jujur dan adil
(JURDIL). Tetapi mindset ketidakpercayaan masyarakat UIN Malang akan PEMIRA
telah mewabah. Hal ini dikerenakan setiap tahun dari seluruh calon yang ada
dapat dipastikan siapakah kemuadian yang akan terpilih. Bahkan lebih dari itu
dari ribuan mahasiswa yang ada, sudah dapat dipastikan siapa yang akan menjadi
kandidat.
Bukan hanya mahasiswa, birokrasi RM bak rumah sakit yang megah
bangunannya, tetapi isinya ‘bobrok’. Peran birokrasi mahasiswa sebagai penguasa
kelembagaan telah memonopoli aspirasi rakyat yang tak berjalan sesuai fungsinya.
Pasalnya kegiatan yang menunjang pendidikan tinggi utamanya demokrasi masih
minim dirasakan warganya. hal ini konsisten terjadi setiap tahunnya, misalnya
saja sosialisasi pemira yang tak semua telinga mahasiswa mampu mendengar akan terselenggaranya
hajatan ini. tak cukup itu kegiatan yang wajib diselengarakan hanyalah sebagai
seremonial tahunan tak ubahnya tujuh belas agustusan.
Tak salah dan sudah hukum alam jika saja suatu partai akan selalu
mencari pengaruh guna mengembangkan pengkaderan partai nya. Hal ini sangatlah
menghambat proses pemilu yang JURDIL. Tak hanya mahasiswa dan birokrasi yang
menjadi bahan perbincangan, tetapi juga campur tangan OMEK terhadap RM yang
menyebabkan demokrasi berjalan tidak kurang sehat.
Campur tangan OMEK yang terlalu banyak kedalam internal RM sendiri
mengakibatkan RM kehilangan independensinya secara organisasitoris. Hal ini
berujung pada mundurnya budaya demokrasi dikalangan warga UIN malang.
Keikutsertaan OMEK dalam RM juga menjadi suatu kesulitan mahasiswa dalam
membedakan kegiatan OMEK dan OMIK.
Teory plato mengenai kenegaraan rupanya diadopsi RM UIN Malang untuk
melanggengkan kekuasaan. Plato menyebutkan pasca timbulnya demokrasi yang overload
akan menjadikan suatu negara yang tirani. Tetapi teory ini ini jutru diadopsi dalam praktik politik perguruan
tinggi UIN malang.
Kiranya negara semi tirani sudah berjalan dikalangan UIN malang.
Eksploitasi kekuasaan dan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) secara
tidak langsung telah mewabah dikalangan OMIK, dan tragisnya sekali setiap kali PEMIRA
telah dapat dipastikan kubu mana yang akan menguasai. Waalahu a’lam.
Zaky Safrizal
(Kader HMI Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang)