Kamis, 10 Maret 2016

KADER UMAT DAN KADER BANGSA


Jika kita menuliskan tiga kata kunci yaitu ‘organisasi mahasiswa terbesar’ dalam mesin pencarian google, maka yang muncul pertama adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Hal ini menunjukan bahwa organisasi yang didirikan dua tahun setelah Republik ini merdeka (05/02/1947) begitu menyita perhatian banyak orang sebagai organisasi yang tumbuh bersama pasang surutnya pergolakan bangsa, moment bersejarah itulah yang kemudian terekam jelas oleh surat kabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta 5 Februari 1947. Kelahiran HMI mempunyai makna tersendiri sebagai peristiwa bersejarah Bangsa karena pada saat itu muncul kesadaran kaum intelektual yang sadar akan spirit keislaman sebagai sumber tata nilai kehidupan. Kondisi bangsa yang baru lahir yang rentan terjadinya penjajahan kembali serta umat islam yang masih belum menyadari nilai keislmaannya melatar belakangi Lafran Pane dkk. untuk memproklamirkan berdirinya HMI sebagai organisasi perjuangan dan perkaderan, disela-sela perkuliahan Tafsir di Sekolah Tinggi Islam (STI) yang saat ini menjadi Universitas Islam Indonesisa (UII).
Riwayat berdirinya HMI yang digagas oleh mahasiswa murni tanpa campur tangan pihak manapun menjadikan HMI sebagai organisasi paling independen yang tidak mempunyai hubungan khusus dengan organisasi manapun, hal ini sampai akhirnya keberadaan HMI diakui secara khusus oleh dunia Islam pada melalui Kongres Muslimin Indonesia pada tanggal 20-25 desember 1949 sebagai Organisasi Mahasiswa Islam yang bercabang di tiap-tiap Sekolah Tinggi. Kekuatan HMI terletak pada independesi yang menyebabkan HMI mampu bertahan oleh berbagai macam rong-rongan mulai dari ancaman PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui underbouwnya yaitu CGMI (Consentrasi Gabungan Mahasiswa Indoensia) yang notabene merupakan rival HMI, sampai politik belah bambu (divide et empera) oleh Rezim Orde Baru yang memanfaatkan asas tunggal pancasila.
            Kebebesan bersikap disertai kuatnya ajaran independensi mengantarkan organsasi mahasiswa terbesar dan tertua ini menyemai kader-kader terbaik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. di era 1950-1960-an internal islam sendiri terdapat empat partai politik islam (Masyumi, NU, PSII, Perti) yang masing-masing mempunyai kepentingan berbeda, hal ini tidak menyebabkan HMI terombang-ambing dalam arus kepentingan, justru HMI dengan lantang menyuarakan slogan ‘persatuan umat’ Independensi yang dijadikan pandu roda organisasi, menjadikan keputusan HMI tetap steril dan tidak juga tersandera oleh pihak manapun. Eksistensi sebagai kader umat dan bangsa yang kemudian terkristal dalam konstitusi HMI mempunyai peran fungsi sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Sehingga tak heran pada sambutan Dies Natalies ke-1 HMI di Yogjakarta Panglima Besar Jenderal Soedirman menahbiskan HMI sebagai Harapan Masyarakat Indonesia.
Sebagai oganisasi perkaderan keberadaan HMI tidak mengedepankan pada kwantitas anggota, layaknya ‘organisasi masa’ dimana ‘rohnya’ hanya terletak pada jumlah anggota yang mendaftar, namun eksistensi HMI terokus pada peningkatan kualitas kader guna benar-benar mempersiapkan agen of change dan agen of control sesungguhnya, hal ini kemudian dapat dilacak melalui aktivitas mahasiswa di era 1965-an dimana HMI meletakan pondasai pertama iklim intelektual perguruan tinngi, selain training-training formalnya HMI mewarnai kehidupan kampus dengan kelompok diskusi-diskusi terbatas (limited group) yang pada waktu itu mengakar di seluruh perguruang tinggi, cendikia-cendikia kenamaan bermunculan dari metode ini dinataranya adalah Ahmad Wahib, Kuntowijoyo, Dawam Rahardjo, Nur Cholis Majid, dll.
Selain itu anggota HMI yang tidak merepresentasikan dan tidak didominasi kelompok-kelompok tertentu. seerti NU, Muhammadiyah, Persis dan kelompok islam lainnya. hal ini sangat berbeda dengan organisasi mahasiswa yang berdasar atas faham keislamaan tertentu, seperti NU dan Muhammadiyah. Oleh karenanya aktivitas organisasi tidak terjebak terhadap faham keislamaan tertentu. mahasiswa-mahasiswa yang berhimpun di HMI tidak lain hanya berdasarkan satu hal yaitu ‘islam’, islam yang inklusif dan islam yang tidak membeda-bedakan golongan maupun faham. HMI bukan NU, HMI bukan Muhammadiyah, HMI bukan fundamental, HMI bukan liberal namun HMI adalah Islam, HMI hadir untuk umat islam dan bangsa.


Muhammad Zainullah
Ketua Umum HMI Komisariat Syariah-Ekonomi
UIN Malang

HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

About HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa yang telah berdiri sejak 1947. Semangat perkaderan di HMI itulah yang membuat HMI terus eksis hingga sekarang. Dan komisariat adalah basis perkaderan HMI dari akar rumput untuk mewujudkan para insancita sesuai dengan mission yang diemban HMI.

Ketik E-mail untuk berlangganan kiriman HMI Syaeko :