Rabu, 25 Mei 2016

PESTA DEMOKRASI

Baru-baru ini Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK) republik mahasiswa (RM) UIN Malang menggelar pesta demokrasi, dilanjutkan dengan  dilantiknya seluruh anggota kabinet mahasiswa. Penyelenggraan pemilihan umum mahasiswa (PEMIRA) rupanya tak mendapat tanggapan baik oleh beberapa mahasiswa. Pasalnya disaat hari H berlangsung, banyak diantara mahasiswa yang tak menggunakan hak pilihnya. Laksana anak tak tahu bapaknya, gerangan siapa yang menjadikanya?
Warga UIN sudah dapat dipastikan sepakat dengan adanya PEMIRA sebagai pesta demokrasi mahasiswa kampus UIN Malang dan merupakan hak demokrasi mahasiswa dalam berpolitik. Tetapi yang menjadi kegelisahan dan phobia tahunan adalah masih maraknya mahasiswa yang tak menggunakan hak pilihnya. Yang perlu digaris bawahi adalah mindset mereka yang tak sadar atau pola demokrasi bobrok?”
Secara teori Peran mahasiswa sebagai rakyat adalah penentu siapa yang pantas memegang peran kekuasaan dalam pemerintahan, sedangkan birokrasi adalah penyelenggara dalam pemungutan aspirasi rakyat secara  langsung bebas rahasia (LUBER) jujur dan adil (JURDIL). Tetapi mindset ketidakpercayaan masyarakat UIN Malang akan PEMIRA telah mewabah. Hal ini dikerenakan setiap tahun dari seluruh calon yang ada dapat dipastikan siapakah kemuadian yang akan terpilih. Bahkan lebih dari itu dari ribuan mahasiswa yang ada, sudah dapat dipastikan siapa yang akan menjadi kandidat.
Bukan hanya mahasiswa, birokrasi RM bak rumah sakit yang megah bangunannya, tetapi isinya ‘bobrok’. Peran birokrasi mahasiswa sebagai penguasa kelembagaan telah memonopoli aspirasi rakyat yang tak berjalan sesuai fungsinya. Pasalnya kegiatan yang menunjang pendidikan tinggi utamanya demokrasi masih minim dirasakan warganya. hal ini konsisten terjadi setiap tahunnya, misalnya saja sosialisasi pemira yang tak semua telinga mahasiswa mampu mendengar akan terselenggaranya hajatan ini. tak cukup itu kegiatan yang wajib diselengarakan hanyalah sebagai seremonial tahunan tak ubahnya tujuh belas agustusan.
Tak salah dan sudah hukum alam jika saja suatu partai akan selalu mencari pengaruh guna mengembangkan pengkaderan partai nya. Hal ini sangatlah menghambat proses pemilu yang JURDIL. Tak hanya mahasiswa dan birokrasi yang menjadi bahan perbincangan, tetapi juga campur tangan OMEK terhadap RM yang menyebabkan demokrasi berjalan tidak kurang sehat.
Campur tangan OMEK yang terlalu banyak kedalam internal RM sendiri mengakibatkan RM kehilangan independensinya secara organisasitoris. Hal ini berujung pada mundurnya budaya demokrasi dikalangan warga UIN malang. Keikutsertaan OMEK dalam RM juga menjadi suatu kesulitan mahasiswa dalam membedakan kegiatan OMEK dan OMIK.
Teory plato mengenai kenegaraan rupanya diadopsi RM UIN Malang untuk melanggengkan kekuasaan. Plato menyebutkan pasca timbulnya demokrasi yang overload akan menjadikan suatu negara yang tirani. Tetapi teory ini  ini jutru diadopsi dalam praktik politik perguruan tinggi UIN malang.
Kiranya negara semi tirani sudah berjalan dikalangan UIN malang. Eksploitasi kekuasaan dan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) secara tidak langsung telah mewabah dikalangan OMIK, dan tragisnya sekali setiap kali PEMIRA telah dapat dipastikan kubu mana yang akan menguasai. Waalahu a’lam.

Zaky Safrizal
(Kader HMI Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang)


HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

About HMI Syariah Ekonomi UIN Malang

Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa yang telah berdiri sejak 1947. Semangat perkaderan di HMI itulah yang membuat HMI terus eksis hingga sekarang. Dan komisariat adalah basis perkaderan HMI dari akar rumput untuk mewujudkan para insancita sesuai dengan mission yang diemban HMI.

Ketik E-mail untuk berlangganan kiriman HMI Syaeko :