Setelah sekian lama, resisten golongan antar organisasi Ekstra
Kampus (sering diistilahkan OMEK), akhirnya malam itu (08/03/16)
dipertemukanlan dua organisasi yaitu HMI dan PMII. Dalam sejarah kemahasiswaan di UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, keduanya adalah lawan politik yang berbeda arah. Tak ayal
telah kerap menimbulkan berbagai konflik, khususnya pada kontestasi politik di
Kampus.
Mahasiswa yang kian hari makin banyak, tak terkecuali di Kampus
dengan julukan kampus “Ulul Albab” ini, tahun demi tahun mencanangkan jurusan
baru dan bahkan kedepan akan berlanjut
pada penambahan Fakultas. Kampus menjadi arena pergumulan mahasiswa yang
berasal dari berbagai daerah. Dan kampus menjadi social capital (modal
sosial) yang cukup besar.
Dengan social capital tersebut ternyata berimbas pada
pembentukan pola tindakan politik menjamur di kampus. Pengelolaan kemahasiswaan
tidak hanya di pegang oleh pihak perguruan tinggi, namun mahasiswa pun juga
memiliki wewenang untuk mengorganisir mahasiswa. Dengan pemberian wewenang
itulah mahasiswa mulai menentukan para pemangku “jabatan” sebagai wakil
mahasiswa pada umumnya.
Pembagian struktural keterwakilan mahasiswa tersebut mulai dari
DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa), SEMA (Senat Mahasiswa) hingga HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan) sejatinya untuk mempermudah koordinasi. Namun seiring berjalannya
waktu, beberapa posisi tersebut menjadi arena pertarungan politik yang sengit,
layaknya di pemerintahan Negara.
Kemelut yang tidak berkesudahan di panggung politik tersebut tak bisa
dipungkir lagi telah menurunkan intensitas gerakan mahasiswa yang kearah
perbaikan sosial. Beberapa kalangan menyebut bahwa mahasiswa sebagai agent
of change ataupun agent of social control. Namun apa yang terjadi
saat ini adalah mahasiswa terlalu sibuk mengurusi pergolakan politik antar
golongan yang cenderung memperebutkan kekuasaan semata dan bahkan tersentral di
kalangan mahasiswa sendiri.
Terlepas dari berapa kuantitas SDM masing-masing organisasi, namun
pada hakikatnya bahwa kesemuanya harus mewadahi berbagai minat dari mahasiswa
agar diarahkan pada pembentukan karakter SDM yang unggul. Organisasi yang turut
mewarnai Kampus adalah HMI dan PMII.
Inilah yang kemudian yang melatarbelakangi kegiatan diskusi lintas
OMEK yang mempertemukan antara HMI komisariat Syari-ah Ekonomi dengan PMII
Rayong “Moh Hatta” Fakultas Ekonomi
untuk menghidupkan atmosfer intelektual dikalangan mahasiswa. Acara yang
bertajuk “menelisik akar kemiskinan sistemik” tersebut dimaksudkan untuk
memunculkan kembali kesadaran mahasiswa akan tanggung jawab sosialnya.
Hal ini juga melihat bahwa kedua organisasi tersebut pada dasarnya
dibentuk guna mentransformasikan nilai keislaman dalam bingkai kebangsaan. Dengan
melihat sisi kesamaan inilah akhirnya kedua organisasi tersebut bersepakat
untuk membangun wacana intelektual mahasiswa. Dengan membangun dimensi
intelektualitas, diharapkan mampu mewujudkan gagasan yang “fair” dengan melihat
objetivitas demi kepentingan bersama, tidak lagi mengunggulkan egosentris
golongan.
Fuad Ibrahim
Sekretaris Umum HMI Komisariat Syariah-Ekonomi
UIN Malang